Postingan

menghilangkan rasa ingin bundir.

 hallo sobatann. hahh?? sobatann?? apaantuh???. hehe.. untukmu yang (tak) sengaja mampir, kunamai sobatann. bagus kan? nanti kalau kita kenalan dan saling bertepuk pandang, baru deh ku panggil namamu. janji. oh ya, sobatan gimana kabarmu? masih bisa berbohong kan? ciee.. bagus deh.      sesuai atas apa yang tertulis pada judul, disini aku ingin membagikan sedikit pengalaman mengenai hal tersebut. menghilangkan rasa ingin bundir, menyakiti diri sendiri, dan jahat pada diri sendiri. kata kuncinya hanyalah satu : menulislah . eitsss.... jangan langsung bilang : yaelahhh, gitu doang mah gak ngefek! ! eit.. kalau "gitu doang" cobain dong! buktiin! lhoo... jadi ngegas kann tuh.  ---baca sampai tuntas ya, janji--- biar aku seneng--- biar kamu ikut seneng---      menulislah!! atas apapun yang kau rasakan. tumpahkanlah semuanya. bermaki maki rialah dengan cara membiarkan penamu menari di atas secarik kertas sok polos, berseguklah sepuasnya seraya membiarka...

Pesan tak terkirim

    surat cinta untukmu. ah, ralat. surat kasih sayang untukmu. hmm.. sebentar, deh, apa bedanya? lagipula ini memang surat ya?  ah sudahlah, biarkan jariku menari ria di sini. jangan ganggu. sutthh.... eh jangan komen dulu, dong. sthh.... baca sampai tuntas ya, biar aku sedikit plonggg. heuheuu #chapter1 : ucapannya menepuk pundakku. maaf kamar ini bukan lagi milikmu. untuk sekadar mampir siihh , boleh. tapi untuk berlama lama, apalagi kau gunakan bantal itu lagi, jelas jangan, dong!!. walau sedikit, meski sebentar. iya, memang sihh , dulu kau sempat gunakan bantal itu untuk beroverthinking ria dan menangis kuyup kala sang gelap datang. tapi ingat, itu dulu dan kini bantal itu sudah jadi milik yang lain. jaou.. jaouu.. #chapter2 : merenung. Ah.. benar ya. manusia itu sudah ditakdirkan untuk hidup sendiri. meskipun itu kenyataan yang paling dibenci, tetap tak bisa kita hindari. ndak percaya? coba kau ingat dan pikir : jauh sebelum kau lahir, kau sudah hidup sendiri. ...