Pesan tak terkirim

    surat cinta untukmu. ah, ralat. surat kasih sayang untukmu. hmm.. sebentar, deh, apa bedanya? lagipula ini memang surat ya?  ah sudahlah, biarkan jariku menari ria di sini. jangan ganggu. sutthh.... eh jangan komen dulu, dong. sthh.... baca sampai tuntas ya, biar aku sedikit plonggg. heuheuu

#chapter1 : ucapannya menepuk pundakku.

maaf kamar ini bukan lagi milikmu. untuk sekadar mampir siihh, boleh. tapi untuk berlama lama, apalagi kau gunakan bantal itu lagi, jelas jangan, dong!!. walau sedikit, meski sebentar. iya, memang sihh, dulu kau sempat gunakan bantal itu untuk beroverthinking ria dan menangis kuyup kala sang gelap datang. tapi ingat, itu dulu dan kini bantal itu sudah jadi milik yang lain. jaou.. jaouu..

#chapter2 : merenung.

Ah.. benar ya. manusia itu sudah ditakdirkan untuk hidup sendiri. meskipun itu kenyataan yang paling dibenci, tetap tak bisa kita hindari. ndak percaya? coba kau ingat dan pikir : jauh sebelum kau lahir, kau sudah hidup sendiri. nanti setelah kau tiada, kau pun akan tetap sendirian. hihhhh...  jadi, jangan bergantung pada siapapun, sedekat apapun dan bahkan sekecil apapun. jangan.

#chapter3 : memohon.

kepada Tuhan yang maha kuasa. apakah jika aku menjadi manusia terlurus dari versiku terdahulu, yang kemudian tak akan pernah absen dalam ibadah tersunah sekalipun, yang selalu menghindari dari nikmatnya mendosa, yang bersedia bersedekah atas segala hal yang aku punya. sediakah Engkau mengabulkan pintaku yang amat mustahil ini? jika iya, maka ku pinta :

"izinkanlah aku selepas dinginnya gelap ini untuk kembali ke masa 'itu'. ku janji, akan ku ubah sifatku saat 'itu'. tak akan lagi ku rebut telor dari mangkok mie sedapmu, tak akan kupaksa pula untuk membeli keju kraft berhadiah buku sebagai pengganti wafer coklat superstar sepack kesukaanmu, dan tak akan kubiarkan engkau dihukum karna dipaksa kalah dalam perlombaan bangun pagi dan pergi kesekolahmu, janji. aku janji, tak akan khianat. janjii!!! asal izinkan aku untuk tetap bisa menangis di hadapanmu, layaknya anak kecil, selayaknya seorang adik.

#chapter4 : kenyataan.

sayang, syarat tak pernah kunjung aku penuhi. maka kenyataan harus siap kuhadapi. tapi jika dengan tumpukkan dosa ini ku masih bisa memohon. maka, izinkanlah aku tetap memiliki mimpi meski harus tertidur tanpa bantal. agar lagu pagiku cerahku, akan tetap terus terdengar. 


sekian, surat kasihku  curhatanku. selepas baca ini, masihkah seluruhmu hanya untuknya?
ah, pesan tak terkirim memang jauh lebih menyesakkan bukan?

Komentar